KEBERAGAMAN DAN KESETARAAN MANUSIA
PEMBAHASAN
Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan konsep
kesetaraan dan keragaman. Konsep kesetaraan (equity) bisa dikaji dengan
pendekatan formal dan pendekatan substantif. Pada pendekatan formal kita
mengkaji kesetaraan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku, baik berupa
undang-undang, maupuin norma, sedangkan pendekatan substantif mengkaji konsep
kesetaraan berdasarkan keluaran / output, maupun proses terjadinya kesetaraan.
Konsep kesetaraan biasanya dihubungkan dengan gender, status, hirarki
sosial, dan berbagai hal lainnya yang mencirikan perbedaan-perbedaan serta
persamaan-persamaan. Sedangkan konsep keragaman merupakan hal yang wajar
terjadi pada kehidupan dan kebudayaan umat manusia. Kalau kita perhatikan lebih
cermat, kebudayaan Barat dan Timur mempunyai landasan dasar yang bertolak
belakang. Kalau di Barat budayanya bersifat antroposentris (berpusat pada
manusia) sedangkan Timur, yang diwakili oleh budaya India, Cina dan Islam,
menunjukkan ciri teosentris (berpusat pada Tuhan.).
Dengan demikian konsep-konsep yang lahir dari Barat seperti demokrasi,
mengandung elemen dasar serba manusia, manusia-lah yang menjadi pusat
perhatiannya. Sedangkan Timur mendasarkan segala aturan hidup, seperti juga
konsep kesetaraan dan keberagaman, berdasarkan apa yang diatur oleh Tuhan
melalui ajaran-ajarannya.Penilaian atas realisasi kesetaraan dan keragaman pada
umat manusia, khususnya pada suatu masyarakat, dapat dikaji dari unsur-unsur
universal kebudayaan pada berbagai periodisasi kehidupan masyarakat.
Penilaian atas realisasi kesetaraan dan keragaman pada umat manusia,
khususnya pada suatu masyarakat, dapat dikaji dari unsur-unsur universal
kebudayaan pada berbagai periodisasi kehidupan masyarakat.Sehubungan dengan itu
Negara kebangsaan Indonesia terbentuk dengan ciri yang amat unik dan spesifik.
Berbeda dengan Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Yunani, yang menjadi suatu
negara bangsa karena kesamaan bahasa. Atau Australia, India, Sri Lanka,
Singapura, yang menjadi satu bangsa karena kesamaan daratan. Atau Jepang,
Korea, dan negara-negara di Timur Tengah, yang menjadi satu negara karena
kesamaan ras. Indonesia menjadi satu negara bangsa meski terdiri dari banyak
bahasa, etnik, ras, dan kepulauan. Hal itu terwujud karena kesamaan sejarah
masa lalu; nyaris kesamaan wilayah selama 500 tahun Kerajaan Sriwijaya,300
tahun Kerajaan Sunda-Galuh dan 300 tahun Kerajaan Majapahit dan sama-sama 350
tahun dijajah Belanda serta 3,5 tahun oleh Jepang.
2.1 PENGERTIAN
KEBERAGAMAN
Keberagaman berasal dari kata ragam yang menurut KBBI artinya tingkah laku,
macam, jenis, musik, langgam, warna , corak, ragi, laras (tata bahasa).
Sehingga keragaman berarti perihal beragam-ragam, berjenis-jenis, perihal
ragam, hal jenis.
Keberagaman yang dimaksud disini adalah suatu kondisi dalam masyarakat
dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa
dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopan, serta situasi ekonomi.
Keragaman manusia sudah menjadi fakta sosial dan fakta sejarah kehidupan.
Sehingga pernah muncul penindasan, perendahan, penghancuran dan penghapusan
rasa atau etnis tertentu. Dalam sejarah kehidupan manusia pernah tumbuh
ideologi atau pemahaman bahwa orang berkulit hitam adalah berbeda, mereka lebih
rendah dan dari yang berkulit putih. Contohnya di Indonesia, etnis Tionghoa
memperoleh perlakuan diskriminatif, baik secara sosial dan politik dari
suku-suku lain di Indonesia. Dan ternyata semua yang telah terjadi adalah
kekeliruan, karena perlakuan merendahkan martabat orang atau bangsa lain adalah
tindakan tidak masuk akal dan menyesatkan, sementara semua orang dan semua
bangsa adalah sama dan sederajat.Sehingga keragaman yang dimaksud disini adalah
suatu kondisi masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai
bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat
kesopanan serta situasi ekonomi.
Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk dan dinamis, antara lain
ditandai oleh keragaman suku bangsa, agama, dan kebudayaan. Sebagaimana
diketahui bahwa bangsa Indonesia memiliki keragaman suku bangsa yang begitu
banyak, terdiri dari berbagai suku bangsa, mulai dari sabang hingga Merauke,
ada suku Batak, suku Minang, suku Ambon, suku Madura, suku Jawa, suku Asmat,
dan masih banyak lainnya.
Konsep keragaman mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu,
keragaman menunjukan bahwa keeradaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda,
heterogen bahkan tidak bisa disamakan. Keragaman Indonesia terlihat dengan
jelas pada aspek-aspek geografis, etnis, sosiokultural dan agama serta
kepercayaan.
2.2
PENGERTIAN KESETARAAN
Kesetaraan disebut juga dengan kesederajatan. Kesederajatan berasal
dari kata sederajat yang menurut KBBI artinya sama tingkatan (Pangkat,
kedudukan). Dengan demikian konteks kesederajatan disini adalah suatu kondisi
dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada manusia tetap memiliki satu
kedudukan yang sama dan satu tingkat hierarki.
Indikator kesetaraan adalah sebagai berikut :
1.
Adanya persamaan derajat dilihat
dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan golongan
2.
Adanya persamaan hak dari segi
pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang layak.
3.
Adanya persamaan kewajiban sebagai
hamba Tuhan, individu, dan anggota masyarakat.
Problema yang terjadi dalam
kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap dan perilaku untuk tidak mengakui
adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban anatr manusia atau antar warga.
Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut diskriminasi.Undang-undang No. 39
Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia/HAM menyatakan bahwa diskriminasi adalah
setiap pembatasan, pelecehan, yang langsung ataupun tak langsung didasarkan
pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan,
status sosial.
2.3 KEMAJEMUKAN DALAM DINAMIKA SOSIAL
1.
Suku Bangsa Dan Ras
Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari
sabang sampai merauke sangat beragam. Sedangkan perbedaan ras muncul karena
adanya pegelompokan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriah
yang sama seperti rambut , warna kulit , ukuran –ukuran tubuh, mata, ukuran
kepala, dan lain sebagainya.
Di Indonesia ,terutama bagian barat mulai dari
sulawesi adalah termasuk ras melayu muda (deutero malayan) . kecuali
batak dan toraja yang termasuk melayu tua (proto melayan) sebelah
timur indonesia termasuk ras Austroloid, termasuk bagian NTT. Sedangkan
kelompok terbesar yang tidak termasuk kelompok pribumi adalah golongan China
yang termasuk Mongoloid.
2.
Agama dan Keyakinan
Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia, ikatan
yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia
sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indra. Namun
mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.
Agama sebagai bentuk keyakinan memang sulit diukur secara tepat dan
rinci. Hal ini pula yang barangkali menyulitkan para ahli untuk memberikan
definisi yang tepat tentang agama. Namun apa pun bentuk kepercayaan yang
dianggap sebagai agama, tampaknya memang memiliki ciri umum yang hampir sama,
baik dalam agama primitif maupun agama monoteisme. Menurut Robert H. Thoule masalah
agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain adalah:
a.
Berfungsi edukatif: ajaran agama
secara yuridir berfungsi menyuruh dan melarang
b.
Berfungsi penyelamat
c.
Berfungsi sebagai perdamaian
d.
Berfungsi sebagai social control
e.
e.Berfungsi sebagai pemupuk rasa
solidaritas
f.
Berfungsi transformatif
g.
Berfungsi kreatif
h.
Berfungsi Sublimatif
Pada dasarnya
agama dan keyakinan merupakan unsur penting dalam keragaman bangsa Indonesia.
Hal ini terlihat dari banyaknya agama yang diakui Indonesia.
3.
Ideologi dan Politik
Ideologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh kuat
terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena merupaan kaitan antara
tindakan dan kepercayaan yang fundamental. Ideologi membantu untuk lebih
memperkuat landasan moral bagi sebuah tindakan. Politik mancakup baik konflik
antara individu-individu dan kelompok untuk memperoleh kekuasaan, yang
digunakan oleh pemenang bagi keuntungannya sendiri atas kerugian dari yang
dilakukan. Politik juga bermakna usaha untuk menegakkan ketertiban sosial.
Keragaman masyarakat Indonesia dalam politik dapat dilihat dari banyaknya
partai sejak berakhirnya orde lama. Meskipun pada dasarnya indonesia hanya
mengakui suatu ideologi, yaitu pancasila yang benar-benar mencerminkan
kepribadian bangsa Indonesia.
4.
Tata Krama
Tata Krama yang dianggap dari Bahasa Jawa yang berarti
“adat sopan santun, basa-basi” pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku,
adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah norma tertentu.
Indonesia
memiliki beragam suku budaya dimana setiap suku bangsa memiliki adat sendiri
meskipun karena adanya sosialisasi nilai-nilai dan norma secara turun temurun
dan berkesinambungan dari generasi ke generasi menyebabkan masyarakat yang ada
dalam suatu suku bangsa yang sama akan memiliki adat dan kesopanan yang relatif
sama.
5.
Kesenjangan Ekonomi
Bagi sebagian negara berkembang, perekonomian menjadi
salah satu yang terus ditingkatkan. Namun umumnya, masyarakat kita berada
digolongan tingkat ekonomi menengah kebawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah
pemicu adanya kesenjangan yang tak dapat dihindari lagi.
6.
Kesenjangan Sosial
Masyarakat indonesia merupakan masyarakat yang majemuk
dengan bermacam tingkat, pangkat, dan strata sosial yang hirerarkis. Hali ini,
dapat terlihat dan dirasakan dengan jelas dengan adanya peggolongan orang
berdasarkan kasta.
Hal ini yang
dapat menimbulkan kesenjangan sosial yang tidak saja dapat menyakitkan, namun
juga membahayakan bagi kerukunan masyarakat. Tak hanya itu bahkan bisa menjadi
sebuah pemicu perang antar-etnis atau suku.
PROBLEMATIKA
KEBERAGAMAN DAN SOLUSINYA
Tidak ada masyarakat yang seragam. Setiap kelompok, baik di tingkat negara
maupun di tingka komunitas, dibangun atas berbagai macam identitas. Untuk dapat
berfungsi dengan baik, kelompok tersebut harus mampu mengenali dan mengelola
keragaman yang ada.Identitas dan Salient IdentitySecara mudah, identitas dapat
diartikan sebagai ciri yang melekat atau dilekatkan pada seseorang atau
sekelompok orang.
Beberapa identitas, misalnya ras dan usia, cenderung bersifat given.
Beberapa lainnya lebih merupakan pilihan, seperti agama, ideologi, afiliasi
politik, dan profesi. Di samping itu, ada pula identitas yang terkait dengan
pencapaian, seperti pemenang/pecundang, kaya/miskin, pintar/bodoh.Ada kalanya,
sebuah identitas terkesan lebih mencolok atau berarti dibanding lainnya.
Sebelum penghapusan politik Apartheid misalnya, warna kulit menjadi identitas
pembeda yang paling mencolok di Afrika Selatan. Pasca tragedi WTC, identitas
Muslim/nonMuslim yang sebelumnya tidak terlalu mendapat perhatian menjadi
penting bagi masyarakat Amerika Serikat.Identitas agama dan etnisitas biasanya
mendapatkan perhatian lebih. Bisa jadi, ini karena keduanya dianggap lebih
rawan konflik dibandingkan identitas lain.
Padahal, keragaman status social (kaya/miskin, ningrat/jelata,
berpendidikan/tidak berpendidikan), kondisi
fisik(sehat/sakit/diffable/butawarna), fungsi dan profesi (produsen/konsumen,
guru/siswa, dokter/pasien), jenis kelamin, usia, afiliasi politik, ideologi,
gaya hidup (moderat/militan), dan lain sebagainya juga perlu dikelola. Hal ini
bukan semata untuk mengurangi potensi konflik, melainkan juga untuk
memungkinkan pelayanan (publik) yang prima dan sesuai dengan kebutuhan pengguna
jasa. Sayang, slogan-slogan seperti Berbeda itu Indah, Bhinneka Tunggal Ika dan
Unity in Diversity lebih ditujukan untuk mengelola keragaman agama dan
etnisitas semata.
1.
Jumlah struktur dan identitas
dominan
Apakah jumlah berpengaruh? Pertanyaan ini penting dijawab ketika mengelola
keragaman. Ada kalanya, ketidakselarasan hubungan sangat terkait dengan ketimpangan
jumlah (mayoritas-minoritas). Namun, ketidakselarasan juga dapat timbul dari
ketimpangan yang sifatnya lebih struktural seperti ketimpangan kekuasaan,
sumber daya, pengaruh, keahlian, dan sebagainya.
Ketidakpekaan
terhadap komposisi mayoritas-minoritas serta ketimpangan struktural berperluang
memunculkan masalah.Beberapa diantaranya adalah :
2.
Tirani mayoritas
Dalam kelompok yang komposisi mayoritas-minoritasnya mencolok,
mekanisme-mekanisme pengambilan keputusan yang menekankan pada jumlah (sepert
imisalnya voting) perlu dihindari karena cenderung melimpahkan kekuasaan pada
mayoritas saja. Jika hubungan mayoritas-minoritas tidak kondusif, kekuasaan
yang terpusat pada mayoritas dapat disalahgunakan. Salah satu contoh tirani
mayoritas adalah ketika mayoritas kulit putih Amerika Serikat di awal abad 20
memilih disahkannya undang-undang segregasi berdasar warna kulit – akibatnya,
orang kulit hitam hanya boleh duduk di bagian belakang bus, hanya boleh
menggunakan kamar mandi khusus kulit hitam, hanya boleh menghadiri gereja dan
sekolah kulit hitam, dll.
3.
Ketidakterwakilan
Ada banyak hal yang menyebabkan ketidakterwakilan. Di antaranya adalah
keberadaan minoritas atau kaum lemah yang “tidak nampak”, sehingga mereka tidak
dilibatkan dalam pengambilan keputusan, atau aspirasi mereka tidak dianggap
penting. Rapat desa misalnya, biasanya hanya mengundang laki-laki dewasa.
Contoh lain adalah pengambilan keputusan di lingkungan kampus atau asrama yang
tidak dikonsultasikan dengan mahasiswa atau penghuni asrama. Sistem dan
sarana (publik) yang tidak ramah guna Umumnya, proses merancang sistem dan
sarana (publik) hanya disesuaikan dengan kebutuhan mayoritas atau kaum kuat.
Hal ini dapat dilihat dari loket pelayanan, letak telfon di box telfon umum,
serta lubang kotak pos yang terlalu tinggi untuk jangkauan anak-anak atau
pengguna kursi roda
Komentar
Posting Komentar